Wednesday, November 07, 2007

A Tribute to David F. Hendry


One of The Great Econometricians

by Dhaniel Ilyas

Sudah cukup lama, saya absen menulis di blog ini karena kesibukan dan ‘mood’ yang tidak kunjung datang. Ini adalah tulisan kedua saya pada blog Kafe Depok ini. Mungkin saja tulisan berikutnya akan berjeda selama tulisan pertama dan kedua ini (enam bulan lebih) ^_^ Mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini dapat berkenan di hati para pembacanya. Seperti biasa topik tulisan saya terkait dengan ekonometrika. Kali ini saya ingin mengangkat tulisan mengenai David F. Hendry. Seorang Ahli Ekonometri terkenal yang mempunyai sumbangsih besar dalam perkembangan Ilmu Ekonometri.

Tulisan ini saya mulai dengan kutipan akan kata-kata Joseph A. Schumpeter, seorang ekonom besar sejaman Keynes yang ’kalah pamor’, namun tidak diragukan lagi memiliki kontribusi yang luar biasa.

    ”The only way to a position in which our science might give positive advice on a large scale to politicians and business men, leads through quantitative work. For as long as we are unable to put our arguments into figures, the voice of our sciences, although occasionally it may help to dispel gross errors, will never be heard by practical men. They are, by instinct, econometricians all of them, in their distrust of anything amenable to exact proof.” (Joseph A. Schumpeter, ‘The Common Sense of Econometrics’, Econometrica, 1 (1933), p.12.)

Disini terlihat salah satu cita-cita awal dari pengembangan ilmu ekonometri. Tapi pada perkembangan selanjutnya terdapat ‘kesulitan-kesulitan’ untuk membentuk ‘exact proof’ ini. Para ahli ekonometri terus menerus mencari teknik-teknik ataupun metode-metode yang dapat semakin menyempurnakan ilmu yang mereka geluti.

Pada ‘Introduction’ dalam bukunya yang berjudul “Dynamic Economics”. Hendry (1987) menawarkan empat ‘golden prescriptions’ dalam ilmu ekonometri sebagai usahanya untuk memberikan ‘arahan’ kepada para praktisi-praktisi yang menggunakan ekonometri dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam pencarian model yang ‘baik’ tersebut:

  1. Think Brilliantly: if you think of the right answer before modeling, then the empirical results will be optimal and, of course, confirm your brilliance. Many conventional textbooks simply assume that the model is correct – we will not do so…, although the methods proposed deliver the right results if this case happens to apply.
  2. Be infinitely creative: if you do not think of the correct model before commencing, the next best is to think of it as you proceed. While no valid constructive method can be proposed, data evidence can help guide model development in a systematic manner.
  3. Be outstanding lucky: if you do not think of the ‘true model’ before starting nor discover it en route, then luckily stumbling over it before completing the study is the final sufficient condition. This may be the most practical of these suggestions. Failing this last prescription:
  4. Stick to doing theory!

(Catatan: Preskripsi ini tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia untuk memperoleh pemahaman yang lebih optimal dari pemikirannya)

Kurang lebih Hendry mengatakan kepada para ekonom-ekonom yang menggunakan ekonometri untuk berusaha brilian dan kreatif. Ini adalah hal yang saya rasa diperlukan untuk membentuk apapun agar menjadi ‘baik’ dan ‘optimal’. Namun preskripsi yang ketiga cukup mengejutkan saya: Anda harus termasuk orang-orang yang mempunyai peruntungan yang tinggi! Lalu, jika semuanya tidak berhasil, jangan keluar dari teori! Jika teori (ekonometri) yang ada pun tak mampu menghasilkan model yang memuaskan, bagaimana?

Apakah seorang ekonometrisian yang handal harus memiliki peruntungan yang tinggi? Bagaimana jika kita adalah seseorang yang lebih mendekati kepada peruntungannya ‘Donald Bebek dibanding rivalnya si ‘Untung’? ^_^

Ternyata Hendry tidak berhenti sampai disitu… Kurang lebih hampir satu dekade setelah itu dia mengatakan:

    “These sufficient conditions are tantamount to the assumption of omniscience of the modeler and we cannot rely on their sustaining a viable methodology. Fortunately, these prescriptions are not necessary… That no realistic sufficient conditions can be established which ensure the discovery of a ‘good’ empirical model, nor are any required for empirical econometrics to progress. However, there are a number of necessary conditions which can rule out many poor models, allowing us to focus on the best remaining candidates.” (Dynamic Econometrics, 1995)

Kita perlu hati-hati dalam menginterpretasikan dan membahasakan ‘exact proof’ yang dicita-citakan Schumpeter di awal perkembangan ilmu ekonometri. Kita memerlukan para ekonom yang mempunyai ‘seni tinggi’ dalam mempresentasikan ‘pendapat-pendapat’-nya yang didasarkan oleh ‘bukti-bukti empiris’ sebagai ‘the best remaining candidates’ yang ada.

Tulisan yang luar biasa menurut saya dari seorang ahli ekonometri besar. Saya amat menghormati ilmuwan-ilmuwan yang terus menjaga ‘kegelisahan’-nya akan ‘pencarian kebenaran’, bukan alih-alih terus mempertahankan ‘kepercayaan-kepercayaannya’. Salah satu contoh klasik adalah Gunnar Myrdal, yang meragukan pemikiran-pemikiran awalnya di masa-masa akhir kehidupannya. Juga Alfred Marshall dalam surat-suratnya. (Hubungi saya jika tertarik mengetahui hal ini.) Seringkali para ekonom hanya membetik satu pemikiran pada satu fase kehidupan para pemikir besar ini untuk mendukung pendapat mereka tanpa berusaha memahami kompleksitas dari proses pemikiran mereka. Saya selalu berusaha memahami para pemikir-pemikir tersebut terkait dengan konteks kerumitannya sesuai dengan ‘proses’ yang mereka jalani dan berusaha menggunakan semua ‘cahaya-cahaya pemikiran’ mereka untuk menyelesaikan ‘permasalahan riil’ yang ada, bukan menjadi pengikut-pengikut salah satu dari mereka dengan ‘buta’.

Mereka adalah orang-orang yang rendah hati akan ‘cahaya kebenaran’

Catatan: Tulisan sederhana ini dibuat penulis akan penghormatannya kepada David F. Henry. Seorang ahli ekonometri besar yang terus menjaga ’kegelisahan’-nya. Sang ekonometrisian yang terus ’mencari’ tanpa henti dalam mengarungi lautan ilmu ekonometri. Sebagian besar isi tulisan ini didasarkan akan bukunya yang berjudul ”Dynamic Econometrics”.





3 comments:

Berly said...

Bagaimana dengan orang yang tidak brilliant, tidak kreatif dan tidak (terlalu) beruntung (seperti saya misalnya)... Apakah dilarang menjadi econometricisan ?

Apakah ekonometri tidak dapat di demokratisasi menjadi tools yang dapat dipakai orang pada umumnya (at least yg pernah ambil mata kuliah ekonometri).

Cukup masukkan data ke dalam software statistic dan gunakan peranti yang ada untuk panel regression, GMM, dsb? Bahkan dengan VAR tidak perlu tahu theory karena software yang akan mencari hubungan antar variable.

Anonymous said...

Bukan itu maksud yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini. Tentunya semua orang boleh mempraktekkan ilmu ekonometri cuma harus berhati-hati untuk yang tidak begitu mendalami. jika tidak pasti akan sesuatu, lebih baik bertanya kepada ahlinya. Seringkali software yang semakin user friendly dapat membawa seseorang kepada penarikan kesimpulan yang salah tanpa pemahaman yang benar. (lihat preface pada buku Marno Verbeek, A Guide to Modern Econometrics). Menjadi seorang econometrisian saya pikir bukanlah hal yang mudah, karena dibutuhkan proses belajar untuk ke arah sana. Artinya seseorang dikatakan sebagai econometrisian jika dia telah mempelajari dan memahami ilmu ekonometri sampai ke akar-akarnya.

Dengan (unrestricted) Var, maksudnya tidak perlu teori ekonomi (yang rigid) dalam membangun modelnya. Tapi tentunya tidak boleh menafikan perlunya pemahaman ilmu ekonometri dalam memilih model (e.g. (unrestricted) Var) yang efisien dan efektif.

fajar said...

salam kenal